1.1
Latar Belakang
Bangsa Indonesia tidak hanya dianugerahi pemandangan
indah nan eksotis dari Sabang sampai Merauke, namun juga diberi kekayaan
warisan budaya yang melimpah dari nenek moyang bangsa ini. Sebut saja Tari
Kecak dari Bali, Alat Musik Angklung dari Jawa Barat, Mesjid Agung Demak di
Demak, Jawa Tengah ataupun Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah.
Kekayaan warisan budaya ini lah yang dapat
dimanfaatkan pemerintah Indonesia untuk
memajukan pariwisata di Indonesia. Dengan segala macam daya tarik objek wisata
di Indonesia dapat dengan mudah menarik minat wisatawan untuk berwisata ke
objek-objek wisata yang ada di Indonesia. Daya tariknya antara lain adalah
pemandangannya yang indah dan sejarah unik dari setiap objek wisata yang ada di
Indonesia. Dan penulis akan mengkaji daya tarik berupa sejarah dari objek
wisata di Indonesia.
Sejarah panjang bangsa ini berawal dari zaman manusia
purba, zaman pemuja roh nenek moyang (animism) zaman kerajaan Hindu-Budha,
zaman kerajaan Islam, zaman penjajahan sampai dengan sekarang. Dari periodesasi
zaman yang panjang itu, tentu muncullah daya tarik yang dapat kita kaji bersama
untuk menambah wawasan kita atau untuk kita ceritakan kepada anak cucu kita
tentang kayanya peninggalan sejarah di Indonesia.
Ada yang sejarahnya berkaitan dengan peristiwa
bersejarah seperti proklamasi, ada pula yang berhubungan dengan bencana alam
seperti letusan Gunung Krakatau, atau ada pun yang mengenai tempat ritual
keagamaan. Apa pun sejarah yang ada di objek wisata yang ada di Indonesia,
selalu menarik para wisatawan untuk mengetahuinya dan mengunjungi objek-objek
wisata yang ada di Indonesia.
Pada karya tulis ini, penulis akan mengkaji sejarah
dari salah satu objek wisata yang ada di Indonesia, yakni Candi Borobudur.
Bagaimana sejarah dari Candi Borobudur ini menjadi daya tarik terbesar bagi
Candi Borobudur untuk dikunjungi para wisatawan. Dan pada karya tulis ini,
penulis pun akan membahas pengaruh-pengaruh yang ada di Candi Borobudur yang
dapat menarik minat para wisatawan salah satunya adalah dengan sejarah Candi
Borobudur.
Maka dari itu, penulis mengambil judul “Pengaruh Candi
Borobudur Terhadap Wisatawan”.
BAB IV
PEMBAHASAN ISI
Pada
bab ini akan dijelaskan mengenai pengaruh Objek Wisata Candi Borobudur terhadap
wisatawan. Serta ada penjelasan mengenai sejarah Candi Borobudur yang merupakan daya tarik terbesar Candi Borobudur
bagi wisatawan.
4.1 Sejarah Candi Borobudur yang Menjadi Daya Tarik
Wisatawan
Kebanyakan
para wisatawan yang mengunjungi Objek Wisata Candi Borobudur tertarik untuk
mengetahui sejarah Candi Borobudur, maka dari itu penulis mencoba untuk
mengungkapkan sejarah Candi Borobudur dari awal pembangunan sampai dengan
sekarang.
4.1.1 Pembangunan
Tidak
ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang membangun Borobudur dan
apa kegunaannya. Diperkirakan Borobudur dibangun sekitar tahun 800 masehi.
Kurun waktu ini sesuai dengan kurun antara 760 dan 830 M, masa puncak
kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah, yang kala itu dipengaruhi Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75 - 100 tahun
lebih dan benar-benar dirampungkan pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825.
Pembangunan
candi-candi Buddha — termasuk Borobudur — saat itu dimungkinkan karena pewaris
Sanjaya, Rakai
Panangkaran memberikan izin kepada
umat Buddha untuk membangun candi. Akan tetapi diduga terdapat persaingan
antara dua wangsa kerajaan pada masa itu — wangsa Syailendra yang menganut
Buddha dan wangsa Sanjaya yang memuja Siwa — yang kemudian wangsa Sanjaya memenangi pertempuran pada tahun 856 di
perbukitan Ratu Boko. Ketidakjelasan
juga timbul mengenai candi Lara Jonggrang di Prambanan, candi megah yang dipercaya dibangun oleh sang pemenang Rakai Pikatan
sebagai jawaban wangsa Sanjaya untuk menyaingi kemegahan Borobudur milik wangsa
Syailendra, akan tetapi banyak pihak percaya bahwa terdapat suasana toleransi
dan kebersamaan yang penuh kedamaian antara kedua wangsa ini yaitu pihak
Sailendra juga terlibat dalam pembangunan Candi Siwa di Prambanan.
4.1.2 Tahapan pembangunan
Borobudur
Para ahli
arkeologi menduga bahwa rancangan awal Borobudur adalah stupa tunggal yang
sangat besar memahkotai puncaknya. Diduga massa stupa raksasa yang luar biasa
besar dan berat ini membahayakan tubuh dan kaki candi sehingga arsitek
perancang Borobudur memutuskan untuk membongkar stupa raksasa ini dan diganti
menjadi tiga barisan stupa kecil dan satu stupa induk seperti sekarang. Berikut
adalah perkiraan tahapan pembangunan Borobudur:
- Tahap pertama: Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan kurun 750 dan 850 M). Borobudur dibangun di atas bukit alami, bagian atas bukit diratakan dan pelataran datar diperluas. Sesungguhnya Borobudur tidak seluruhnya terbuat dari batu andesit, bagian bukit tanah dipadatkan dan ditutup struktur batu sehingga menyerupai cangkang yang membungkus bukit tanah. Sisa bagian bukit ditutup struktur batu lapis demi lapis.
- Tahap kedua: Penambahan dua undakan persegi, pagar langkan dan satu undak melingkar yang diatasnya langsung dibangun stupa tunggal yang sangat besar.
- Tahap ketiga: Terjadi perubahan rancang bangun, undak atas lingkaran dengan stupa tunggal induk besar dibongkar dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa yang lebih kecil dibangun berbaris melingkar pada pelataran undak-undak ini dengan satu stupa induk yang besar di tengahnya. Karena alasan tertentu pondasi diperlebar, dibangun kaki tambahan yang membungkus kaki asli.
- Tahap keempat: Ada perubahan kecil seperti penyempurnaan relief, penambahan pagar langkan terluar, perubahan tangga dan pelengkung atas gawang pintu, serta pelebaran ujung kaki.
4.1.3 Borobudur diterlantarkan
Borobudur tersembunyi dan
terlantar selama berabad-abad terkubur di bawah lapisan tanah dan debu vulkanik
yang kemudian ditumbuhi pohon dan semak belukar sehingga Borobudur kala itu
benar-benar menyerupai bukit. Alasan sesungguhnya penyebab Borobudur
ditinggalkan hingga kini masih belum diketahui. Tidak diketahui secara pasti
sejak kapan bangunan suci ini tidak lagi menjadi pusat ziarah umat Buddha.
Monumen
ini tidak sepenuhnya dilupakan, melalui dongeng rakyat Borobudur beralih dari
sebagai bukti kejayaan masa lampau menjadi kisah yang lebih bersifat tahayul
yang dikaitkan dengan kesialan, kemalangan dan penderitaan.
4.1.4 Penemuan kembali
Setelah Perang Inggris-Belanda dalam memperebutkan pulau Jawa, Jawa dibawah pemerintahan Britania
(Inggris) pada kurun 1811 hingga 1816. Thomas Stamford Raffles ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal, dan ia memiliki minat istimewa
terhadap sejarah Jawa. Pada kunjungan inspeksinya di Semarang tahun 1814, ia dikabari mengenai adanya sebuah monumen besar jauh di
dalam hutan dekat desa Bumisegoro. Karena berhalangan dan tugasnya sebagai
Gubernur Jenderal, ia tidak dapat pergi sendiri untuk mencari bangunan itu dan
mengutus H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki keberadaan
bangunan besar ini. Dalam dua bulan, Cornelius beserta 200 bawahannya menebang
pepohonan dan semak belukar yang tumbuh di bukit Borobudur dan membersihkan
lapisan tanah yang mengubur candi ini. Ia melaporkan penemuannya kepada Raffles
termasuk menyerahkan berbagai gambar sketsa candi Borobudur. Atas penemuan ini
lah, Raffles dianggap berjasa atas penemuan kembali monumen ini, serta menarik
perhatian dunia atas keberadaan monumen yang pernah hilang ini.
4.1.5 Pemugaran
Pada
akhir 1960-an, Pemerintah Indonesia telah mengajukan permintaan kepada masyarakat internasional untuk
pemugaran besar-besaran demi melindungi monumen ini. Pada 1973, rencana induk
untuk memulihkan Borobudur dibuat. Pemerintah Indonesia dan UNESCO mengambil langkah untuk perbaikan menyeluruh monumen ini dalam suatu
proyek besar antara tahun 1975 dan 1982. Pondasi
diperkokoh dan segenap 1.460 panel relief dibersihkan. Pemugaran ini dilakukan
dengan membongkar seluruh lima teras bujur sangkar dan memperbaiki sistem
drainase dengan menanamkan saluran air ke dalam monumen. Lapisan saringan dan
kedap air ditambahkan. Setelah renovasi, UNESCO memasukkan Borobudur ke dalam
daftar Situs Warisan Dunia pada tahun 1991.
4.1.6 Peristiwa kontemporer
Setelah
pemugaran besar-besaran pada 1973 yang didukung oleh UNESCO Borobudur kembali menjadi pusat keagamaan dan ziarah agama Buddha.
Sekali setahun pada saat bulan purnama sekitar bulan Mei atau Juni, umat Buddha
di Indonesia memperingati hari suci Waisak, hari yang memperingati kelahiran, wafat, dan terutama peristiwa
pencerahan Siddhartha Gautama yang mencapai tingkat kebijaksanaan tertinggi menjadi Buddha
Shakyamuni. Waisak adalah hari libur nasional di Indonesia dan upacara
peringatan dipusatkan di tiga candi Buddha utama dengan ritual berjalan dari
Candi Mendut menuju Candi Pawon dan prosesi berakhir di Candi Borobudur.
Pada 28 Agustus 2006
simposium bertajuk Trail of Civilizations (jejak peradaban) digelar di
Borobudur atas prakarsa Gubernur Jawa Tengah dan Kementerian Pariwisata dan
Kebudayaan, juga hadir perwakilan UNESCO dan negara-negara mayoritas Buddha di
Asia Tenggara, seperti Thailand, Myanmar, Laos, Vietnam, dan Kamboja. Puncak
acara ini adalah pagelaran sendratari kolosal "Mahakarya Borobudur"
di depan Candi Borobudur. Tarian ini diciptakan dengan berdasarkan gaya tari
tradisional Jawa, musik gamelan, dan busananya, menceritakan tentang sejarah
pembangunan Borobudur. Setelah simposium ini, sendratari Mahakarya Borobudur
kembali dipergelarkan beberapa kali, khususnya menjelang peringatan Waisak yang
biasanya turut dihadiri Presiden Republik Indonesia.
Rehabilitasi
Borobudur sangat terdampak
letusan Gunung
Merapi pada Oktober adan November
2010. Debu vulkanik dari Merapi menutupi kompleks candi yang berjarak
28 kilometer dari kawah Merapi. Kompleks candi ditutup 5 sampai 9 November
2010 untuk membersihkan luruhan debu.
Mencermati upaya
rehabilitasi Borobudur setelah letusan Merapi 2010, UNESCO telah menyumbangkan dana sebesar 3 juta dollar AS untuk mendanai upaya
rehabilitasi. Membersihkan candi dari endapan debu vulkanik akan menghabiskan
waktu sedikitnya 6 bulan, disusul penghijauan kembali dan penanaman pohon di
lingkungan sekitar untuk menstabilkan suhu, dan terakhir menghidupkan kembali
kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat setempat. Lebih dari 55.000 blok batu
candi harus dibongkar untuk memperbaiki sistem tata air dan drainase yang
tersumbat adonan debu vulkanik bercampur air hujan. Restorasi berakhir November
2011, lebih awal dari perkiraan semula.
4.2 Daya tarik Candi
Borobudur terhadap wisatawan
Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah,
Indonesia.
Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di
sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta,
dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta.
Candi berbentuk stupa ini
didirikan oleh para penganut agama
Buddha Mahayana
sekitar tahun 800-an Masehi
pada masa pemerintahan wangsa
Syailendra.
Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia,[1][2]
sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.[3]
Monumen ini terdiri atas enam teras
berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada
dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya
terdapat 504 arca Buddha.[4]
Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia.[3]
Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini,
dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya
terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra
(sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).
“Saya dan teman-teman sedang
melakukan studi penelitian. Dan Candi Borobudur sangatlah cocok untuk dijadikan
tempat studi penelitian.” Ucap Ardi, salah satu siswa SMP yang sedang melakukan
studi penelitian ke Candi Borobudur.
Dengan
segala pesona dan misterinya, wajar bila banyak orang dari segala penjuru dunia
memasukkan Borobudur sebagai tempat yang harus dikunjungi dalam hidupnya. Selain
menikmati candinya, pengunjung juga bisa berkeliling ke desa-desa di sekitar
Borobudur, seperti Karanganyar dan Wanurejo untuk melihat aktivitas warga
pembuat kerajinan. Pengunjung juga bisa pergi ke puncak Watu Kendil untuk dapat
memandang panorama Borobudur dari atas.
Sebagai kuil Budha yang terbesar diseluruh dunia,
Borobudur adalah salah satu hasil budaya manusia yang paling sering dikunjungi
lebih dari sejuta wisatawan setiap tahunnya. Baik domestic maupun mancanegara.
Tidak ada satupun candi diseluruh dunia yang menyerupai gaya arsitek candi ini.
Candi yang dibangun di pada abad kesembilan masehi ini sangat pas sekali untuk
orang-orang yang memiliki hobi fotografi, banyak spot menarik yang bisa diambil
untuk diabadikan, apabila disaat sunset. Borobudur penuh dengan ornamen
filosofis dimana menyimbolkan secara nyata tentang perbedaan jalur yang dapat
diikuti untuk mencapai tujuan hidup. Relief yang terukir didinding candi
memberitahukan keindahan dalam mempelajari hidup. Dengan kata lain, Borobudur
memiliki jiwa seni, filosofis, dan budaya. Jika kita berada pada kota
Yogyakarta, Borobudur bisa dicapai dengan menggunakan mobil. Hanya akan memakan
waktu sekitar 1jam untuk sampai kesana. Kita dapat mengikuti tur atau menyewa
mobil. Dengan menaiki candi menakjubkan ini, kita dapat mengagumi setiap relief
yang berada pada batu-batu disekeliling kita.
Aneka souvenir berupa miniatur Borobudur dari perak,
gantungan kunci, kaos oblong, hingga kartu pos bergambar Borobudur bisa kita
temui didaerah area candi Borobudur. Relief yang terukir didinding candi
memberitahukan keindahan dalam mempelajari hidup. Setiap relief memiliki
ceritanya masing-masing. Untuk lebih mengerti tentang maka relief serta sejarah
candi ini, kita dapat mengikuti tur atau menyewa pemandu yang telah mengerti
untuk membimbing kita. Dan adapula semacam mitos yang mengatakan apabila kita
berhasil menyentuh figur sang Budha yang terdapat dalam stupa, maka keinginan
yang kita miliki akan terkabul.